Dasar Program Latihan

Pengertian Latihan
Latihan merpakan aktivitas fisik yang dilakukan secara sistematis, bertahap, dan diikuti dengan peningkatan beban latihan secara terus menerus sesuai dengan prinsip dan norma latihan (Sidik et al., 2019). Latihan merupakan kinerja fisik atau olaharga yang dilakukan secara sistemetik, dilakukan pada waktu tertentu, secara progresif ditingkatkan untuk mencapai tujuan yang diingingkan (Bompa & Carrera, 2015). Istilah latihan terbagi atas practice, exercise dan training (Emrail, 2017). Practice merupakan aktivitas yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berolahraga sesuai cabang olahraga dengan menggunakan peralatan yang sesuai. Exercise merupakan satu sesi latihan atau unit latihan yang terdiri atas pemanasan, latihan inti dan penutup. Training merupakan latihan terprogram yang bertujuan untuk mengembangkan kinerja fisik. Training terdiri atas beberapa sesi latihan yang harus dikerjakan, sering disebut sebagai unit latihan.
Penyusunan program latihan harus didasari pada teori-teori latihan dengan memperhatikan komponen-komponen yang diperlukan dalam proses penyusunan program. Pemrograman latihan tidak terlalu sulit dan rumit, jika prinsip dasar latihan sudah dipahami dan diikuti. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan program latihan yaitu prinsip latihan dan variabel latihan. Tidak kalah penting dari prinsip latihan dan variabel latihan, respon fisiologi dan adaptasi latihan juga perlu diperhatikan.
Prinsip Latihan
Prinsip latihan merupakan salah satu dasar dalam pemrograman latihan yang harus dipahami oleh pelatih maupun praktisi olahraga ketika hendak menyusun program latihan. Dalam penyusunan program latihan jika tidak memenuhi prinsip-prinsip latihan dapat mengakibatkan kegagalan mencapai tujuan, rendahnya kepatuhan dalam menjalani latihan, dan potensi litigasi sebagai akibat dari tingginya risiko cedera yang ditimbulkan dari program latihan yang disusun (Coburn & Malek, 2012). Prinsip latihan secara umum terdiri atas prinsip individual, prinsip spesialisasi (kekhususan), prinsip kembali asal, prinsip overload, prinsip varaisi, dan prinsip progresif.
Prinsip individu
Prinsip individual merupakan penyesuaian latihan sesuai dengan karakteristik cabang olahraga dan kemampuan setiap individu. Tidak semua individu memiliki respon dan adaptasi latihan yang sama atas perogram latihan yang diberikan. Hal ini dikarenakan beberapa hal diantaranya usia, jenis kelamin, riwayat latihan, riwayat cedera, riwayat kesehatan, tingkat metabolisme, dan faktor keturunan. Misalnya faktor keturunan, faktor keturunan dinilai memiliki peran penting dalam menetukan respon dan perubahan kronis tubuh terhadap latihan yang diberikan. Selain itu, metoabolisme, regulasi kardiovaskular, regulasi pernapasan, regulasi endoktrin, tingkat pertumbuhan sel, dan regulasi saraf pada setiap individu bervariasi (Kenney et al., 2012). Variasi ini yang menjadikan respon tubuh dari program latihan yang diberikan berbeda-beda, walaupun dengan program latihan yang sama.
Prinsip spesifikasi
Prinsip spesifikasi latihan merupakan kunci dasar dalam pemrograman latihan yang efektif. Spesifikasi latihan mengacu pada tujuan latihan yang ditargetkan setiap individu. Pelatih perlu menentukan pola gerakan, otot utama, sistem energi, dan kecepatan gerakan sesuai dengan tujuan latihan. Spesifikasi latihan mencakup beberapa program latihan yang disusun dan disesuaikan dengan fase-fase dalam program latihan jangka panjang. Menurut prinsip spesifikasi, program latihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan fisiologi yang penting pada setiap individu untuk mencapai adaptasi yang dibutuhkan (Kenney et al., 2012). Misalkan atlet pada nomor lompat jauh tidak mungkin diberikan latihan lari jarak jauh, program latihan yang diberikan tentunya berfokus pada daya ledak. Sama halnya pada atlet angkat berat, program latihan yang diberikan akan fokus pada kekuatan maksimal. Oleh karena itu, atlet angkat berat terkadang memiliki daya tahan aerobik yang kurang baik dibandingkan dengan atlet lari jarak jauh. Karena program latihan yang diberikan berfokus pada peningkatan kekuatan maksimal pada kelompok otot tertentu.
Prinsip reversibility
Prinsip reversibility atau Kembali asal merupakan suatu prinsip latihan yang menjelaskan bahwasannya manfaat dari latihan yang telah dilakukan bertahun-tahun dapat hilang apabila seorang individu berhenti berlatih. Misalkan seorang individu melakukan latihan resistance dan endurance secara rutin dan terjadwal setiap minggunya dan mendapatkan manfaat berupa peningkatan kekuatan otot dan peningkatan kapasitas aerobik. Namun, karena individu tersebut memiliki kesibukan dan tidak memiliki waktu untuk berlatih, latihan dihentikan (detraining) dalam jangka waktu yang lama. Dengan begitu adaptasi latihan yang dimiliki individu tersebut akan menghilang secara perlahan. Prinsip ini memberikan wawasan agar setiap individu terus berlatih untuk memelihara kebugaran atau kesehatan yang sudah dimiliki. Prinsip reversibility sering disebut sebagai kembali asal dan memeberikan dukungan ilmiah terhadap pepatah “use it or lose it”. Oleh karena itu, program latihan harus mencakup upaya pemeliharaan.
PrInsip progresif
Prinsip progresif dalam program latihan mengacu pada peningkatan keterampilan melalui penambahan intensitas atau volume latihan yang sistematis. Terlepas dari efektivnya program latihan yang disusun, program latihan yang sudah diberikan tidak boleh dilanjutkan tanpa batas waktu dan tanpa adanya modifikasi. Modifikasi ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan pada setiap fase program latihan. Tujuan setiap fase latihan tentunya adanya peningkatan, sehingga stres latihan yang diberikan akan meningkat seiring berjalannya waktu. Prinsip progresif perlu diterapkan dalam program latihan untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki individu. Prinsip progresif harus dilakukan secara sistematis dan proposional dengan status kondisi fisik yang dimiliki setiap individu. Hal ini dilakukan agar program latihan yang disusun pada setiap fase tidak berlebihan dan menimbulkan risiko cedera.
Prinsip overload
Prinsip overload atau beban lebih mengacu pada stres atau intensitas yang lebih tinggi dari baiasanya. Metode paling umum yang digunakan untuk memenuhi prinsip beban lebih yaitu meningkatkan jumlah repetisi atau mempersingkat waktu istirahat antar set. Prinsip beban lebih merupakan prinsip yang penting untuk diterapkan dalam program latihan, namun pelatih harus secara sistematis ketika menerapkan prinsip overload dengan mematuhi prinsip variasi dan progresif. Pemberian beban lebih harus bersifat progresif untuk memberikan waktu bagi individu beradaptasi dengan stimulus pelatihan baru.
Prinsip variasi
Prinsip variasi mengacu pada manipulasi variabel latihan, seperti intensitas, volume, jenis/bentuk latihan, frekuensi latihan, interval istirahat, dan kecepatan gerak. Penerapan variasi latihan sangat penting pada program latihan jangka panjang untuk mengoptimalkan hasil latihan tertentu pada titik fase tertentu. Variasi latihan juga dimaksudkan untuk mengurangi kebosanan akibat latihan yang harus diselesaikan pada setiap fase.
Dua variabel utama dalam latihan yaitu volume dan intensitas (Santana, 2016). Volume merupakan total keseluruhan pengulangan (set x repetisi) atau total tonese (repetisi x weight lifted). Intensitas sendiri mengacu pada beban latihan dan berbanding terbalik dengan volume latihan (Gambar 1 ). Intensitas latihan melibatkan beban yang digunakan maupun hambatan yang dilawan oleh tubuh. Pelatih menggunakan volume yang tinggi dan intensitas yang rendah pada awal latihan untuk mengembangkan gerakan secara efisien dan memberikan waktu pada otot untuk menjadi lebih kuat. Seiring berjalanya waktu volume latihan diturunkan dan intensitas latihan dinaikan dalam program latihan untuk meningkatkan peforma.

Variabel latihan lain yang perlu dipertimbangkan adalah frekuensi latihan dan durasi latihan. Frekuensi latihan merupakan banyaknya sesi latihan yang dilakukan, sedangkan durasi latihan merupakan lamaya waktu yang dibutuhkan dalam satu sesi latihan. Banyaknya frekuensi latihan dalam satu pekan membuat waktu pemulihan semakin berkurang, sehingga intensitasa latihan perlu disesuaikan untuk menghindari beban latihan berlebih. Sebaliknya, jika latihan memerlukan intensitas yang tinggi, penting sekali mengurangi durasi sesi latihan untuk mempertahankan hasil kerja dan tenaga yang lebih tinggi.
Variabel latihan terdiri atas volume, intensitas, hubungan antara volume dan intensitas, kepadatan latihan, kompleksitas, recovery, interval, repetisi, durasi, set, seri atau sirkuit, tempo latihan, dan frekuensi (Emrail, 2017). Kepadatan latihan merupakan lamanya perangsangan yang diberikan selam alatihan. Kepadatan latihan ditentukan oleh interval dan recovery. Recovery yang semakin singkat menunjukkan semakin padat latihan yang dibeikan, demikian sebaliknya. Kompleksitas latihan mengacu pada kerumitan bentuk latihan yang diberikan. Mempelajari keterampilan yang rumit memerlukan tenaga ekstra, sehingga kompleksitas latihan mempengaruhi intensitas latihan.
Recovery dan interval memiliki keterikatan karena memiliki makna yang sama, yaitu istirahat. Recovery merupakan waktu istirahat yang diberikan antar set, sedangkan interval merupakan waktu istirahat yang diberikan atar sirkuit. Repetisi merupakan banyaknya pengulangan dalam satu set. Durasi merupakan lamaya waktu yang diberikan selama pembebanan. Set merupakan jumlah ulangan untuk setiap bentuk latihan. Seri atau sirkuit merupakan kumpulan dari beberapa bentuk latihan. Tempo latihan merupakan kecepatan pelaksanaan pembebanan yang dilakukan. Frekuensi merupakan banyaknya latihan dalam satu minggu.
Penyusunan Program Latihan
Setelah memahami prinsip-prinsip latihan, variabel dalam latihan, respon dan adaptasi latihan, seorang trainer dapat memulai untuk menyusun program latihan. Dalam melakukan penyusunan dosis dalam program latihan juga perlu mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya:
1. Melakukan survei kesehatan dan riwayat kesehatan
Survei kesehatan member atau klien merupakan penting dilakukan untuk mengetahui risiko penyakit yang dimiliki. Biasanya dilakukan langsung malalui wawancara dan observasi langsung pada tahapan awal perkenalan. Trainer harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik dan sesuai dengan kode etik agar klien atau member merasa nyaman dan terbuka. Dengan diketahui riwayat kesehatan member, faktor risiko cedera yang akan timbul dapat diminimalisir.
2. Melakukan observasi keterampilan awal
Trainer juga perlu melakukan observasi kemampuan awal member untuk dapat menentukan dosis latihan dan model latihan yang akan diberikan. Observasi kemampuan ini biasanya dilakukan melalui observasi perkenalan gerakan dan wawancara yang berkaitan dengan pengalaman latihan yang pernah diikuti.
3. Mengetahui tujuan latihan member
Penyusunan program latihan salah satunya ditentukan oleh tujuan latihan. Setiap tujuan latihan memiliki dosis yang sudah ditetapkan berdasarkan teori dan hasil penelitian. Sehingga, tujuan latihan yang diharapkan oleh member penting sekali untuk diketahui oleh trainer.
4. Menentukan model latihan
Setelah mengetahui tujuan dan kemampuan dari member, trainer dapat mulai menentukan model latihan yang sesuai untuk mencapai tujuan latihan. Model latihan yang disusun tentunya harus bervariasi untuk meminimalisir kejenuhan dalam berlatih.
5. Menetukan dosis latihan
Penentuan dosis latihan perlu memprtimbangkan tujuan latihan dan keseiapan member. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko cedera yang mungkin dapat terjadi. Dalam penyusunan dosis latihan trainer hendaknya memperhatikan prinsip dan variabel latihan.
6. Menentukan evaluasi
Evaluasi merupakan hal yang sangat penting dalam latihan. Evaluasi memungkinkan trainer dan member mengetahui capaian hasil latihan yang dilakukan dalam beebrapa periode. Trainer perlu menentukan jenis evaluasi yang akan dilakukan kepada member. Penentuan jenis evaluasi juga ditentukan oleh pengalaman member. Selain itu, trainer juga perlu menentukan jadwal evaluasi dalam satu periodesasi latihan. Dengan adanya evaluasi, trainer dan member dapat mengetahui perkembangan kemampuan dan melakukan peningkatan intensitas untuk tujaun latihan lebih lanjut.